Rabu, 12 Agustus 2009

Irene Handono, Bantahan Mantan Katolik (II.3)

II. ARABIA PRA ISLAM
Ajaran Ibrahim Adalah Agama yang Lurus dan Kepasrahan...


MISI SANG NABI

Semua agama yang diturunkan Allah SWT ke muka bumi (agama samawi) menempatkan tauhid ditempat yang pertama. Karena itu setiap Rasul yang diutus Allah SWT mengemban tugas untuk menanamkan tauhid ke dalam jiwa umatnya, mengajak mereka supaya beriman kepada Allah, menyembah mengabdi, dan berbakti kepada-Nya ; melarang mereka menyekutukan Allah dalam bentuk apapun, baik zat, sifat maupun af'al -Nya.

Misi risalah semacam ini pulalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW karena itu, tema sentral setiap dakwah dan seruannya adalah tauhid. Bahkan, pada awal masa kerasulannya, selama di Mekkah, beliau memfokuskan perhatian kepada pembinaan tauhid ini sehingga semua aktivitas tablighnya diarahkan kesana.

Agama Muhammad dikenal dengan nama Islam, kepasrahan eksistensial yang diharapkan untuk diberikan setiap Muslim kepada Allah: seorang muslim adalah seseorang yang menyerahkan segenap dirinya kepada Sang Pencipta. Di sini Dr. Robert Morey kurang begitu memahami sejarah dan bahasa Arab dengan mengatakan : "Kata islam adalah kata Arab yang aslinya merujuk kepada sifat kejantanan dan mendiskripsikan seorang yang gagah berani dan jantan dalam pertempuran.13 Yang dimaksud oleh Dr. Morey dengan kejantanan adalah sifat "Muru'ah", sebagaimana telah kita bahas diatas.

Dr. Morey mengatakan bahwa "Pandangan-pandangan dan ritus-ritus keagamaan yang ditemukan dalam Islam dan Al-Quran, dapat ditelusuri kembali kepada pengaruh dari kehidupan keagamaan, adat istiadat, dan budaya jaman pra­Islam." Pernyataan ini sama sekali tidak didasarkan sejarah. Apa tidak pernah menela'ah buku sejarah Islam dimana kaum Quraisy terkejut ketika melihat umat Muslim generasi pertama melakukan shalat: mereka tidak bisa menerima bahwa anggota suku Quraisy yang selama berabad-abad telah membanggakan independensi Badui harus tersungkur bersujud di atas tanah seperti seorang budak. Hal ini mengakibatkan kaum Muslim harus menarik diri ke lembah-lembah kecil tersembunyi di sekitar kota untuk melaksanakan shalat secara rahasia. Reaksi kaum Quraisy memperlihatkan bila Islam menentang segala penyembahan kepada berhala, batu, bulan, dan benda-benda yang lain dari agama pagan.

Ayat-ayat al Quran yang turun pada periode Mekkah banyak yang berisi masalah-masalah ketauhidan. Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Najm : 18-23.

'Adakah kamu perhatfkan Lat dan 'Uzza. Dan Martat yang ketiga, yang terakhir. Adakah untuk kamu itu yang laki-laki dan untuk Dia yang perempuan ? kalau begitu ini adalah pembagian yang tak seimbang Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan nenek moyang kamu buat sendiri. Allah tidak mernberikan suatu keteranganpun untuk nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sarrgkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka."

Ini adalah ayat-ayat yang paling radikal di antara semua ayat Al Quran yang mencela dewa-dewa pagan leluhur kaum Quraisy. Setelah ayat ini, Rasulullah menjadi seorang monoteis yang keras, dan syirk (secara harfiah berarti menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain) menjadi dosa paling besar dalam pandangan Islam.

Kepercayaan kepada satu Tuhan yang dikenalkan oleh Rasulullah menuntut perubahan kesadaran yang menyakitkan. Sepem halnya orang-orang Kristen awal, kaum Muslim generasi

pertama dituduh sebagai penganut "ateisme" yang membahayakan masyarakat. Di Makkah, di mana peradaban kota masih baru dan tentunya tampak sebagai keberhasilan yang rentan bagi kaum Quraisy yang amat bangga akan kecukupan dirinya, banyak yang merasakan ketakutan dan kegelisahan yang sama seperti dirasakan penduduk Roma yang pada awalnya menolak Kristen. Kaum Quraisy tampaknya merasa keterputusan dengan dewa-dewa leluhur mereka sebagai ancaman besar, dan tak lama kemudian nyawa Rasulullah sendiri pun terancam.

Pada tahun 622 komunitas muslim yang mengalami penganiayaan, hanya memiliki satu alternatif yaitu meninggalkan kota Makkah. Dengan permintaan beberapa muallaf dari Yastrib mereka pindah ke kota itu, tempat yang kemudian mempertemukan mereka untuk bergabung dengan Nabi. Hijrah inilah yang mengubah secara drastis nasib umat Islam. Sehingga para penerus Nabi memilih momen ini sebagai awal kalender musim sebagai pengganti tahun kelahiran nabi.

Selain ajakan untuk pasrah kepada Tuhan Yang Esa, kayakinan baru ini diperkaya dengan sebuah hukum yang bersumber kepada Rasulullah. Di kota Yastrib itu, yang kemudian dikenal sebagai madinat ar-Rasul, kota utusan Allah, atau sering disebut Madinah saja, suatu kota yang penting untuk menata kehidupan bersama antara Muhajirin : emigran, dan Anshar : penolong. Islam selain merupakan suatu keyakinan dengan pesan universal, juga mempunyai satu ruh yang ditanamkan oleh Nabi, yaitu ukhuwwah Islamiyah untuk mempersatukan menjadi sebuah komunitas dimana pertalian darah digantikan dengan persaudaraan keimanan. Semua Muslim bersaudara dan sama di hadapan Allah, apa pun latar belakang social, afiliasi kesukuan, atau tingkat ekonomi mereka. Dan dalam hal ini, seluruh saudara satu sama lain saling membantu. Tak lama kemudian, kebutuhan

akan suatu aturan umum sangat terasa guna melengkapi budaya kesukuan, mentransformasikan dan menyatukan mereka ke dalam suatu pandangan hidup yang baru. Syari'at, yaitu sesuatu yang dikembangkan secara permanen yang di dalamnya memuat ritual dan praktek peribadatan yang betul-betul mapan.

Karena Madinah berlokasi di jalan yang menghampar dari Makkah menuju Palestina, perang tidak dapat dielakkan antara dua kota itu. Akhirnya kemenangan di pihak Muslim setelah sembilan tahun tepatnya pada tahun 630.

Setelah Rasulullah mengambil alih Mekkah tanpa setetes darah pun yang tumpah. Dia menghancurkan patung-patung di seputar Ka'bah, mempersembahkan tempat itu hanya untuk Allah, Tuhan Yang Esa, dan mengubur upacara pemujaan berhala dan menggantinya dengan ibadah haji sesuai ajaran Islam dan menghubungkannya dengan cerita Hajar, dan Ismail. Kemenangan Rasulullah memberi keyakinan kepada para musuh besarnya, Seperti Abu Sufyan, bahwa agama lama sudah gagal. Setelah Rasulullah wafat pada tahun 632, hampir semua suku Arab telah bergabung dengan umat dalam konfederasi atau telah masuk Islam. Karena anggota umat tidak boleh saling menyerang, maka lingkaran mengerikan dari perang suku, dan saling balas dendam telah berakhir. Seorang diri Rasulullah telah membawa perdamaian di Arab yang terpecah-belah oleh perang.14

Walaupun demikian tidak ada seorang pun suku Quraisy yang dipaksa masuk Islam, demikian juga Rasulullah tidak pernah meminta orang Yahudi atau Kristen untuk menganut agama Allah kecuali jika mereka sendiri yang betul-betul menginginkannya, karena mereka telah memiliki kitab suci tersendiri yang juga autentik. Al-Quran tidak memandang pewahyuan sebagai pembatalan pesan-pesan dan pandangan­pandangan dari nabi terdahulu, tetapi justru menekankan kesinambungan pengalaman keagamaan umat manusia.15 Al Quran tidak mencela tradisi keagamaan lain sebagai hal yang keliru atau tidak lengkap, tetapi menunjukkan bahwa setiap nabi baru selalu meneguhkankan dan melanjutkan pandangan para pendahulunya. Al Quran mengajarkan bahwa Tuhan telah mengirim para utusan kepada setiap umat manusia di muka bumi: sebuah hadis menyebutkan adanya 124.000 nabi seperti itu, sebuah angka simbolik yang menunjukkan ketakterbatasan. Al-Quran berulang-ulang menyatakan bahwa yang disampaikannya bukanlah suatu risalah yang sama sekali baru clan bahwa kaum Muslim harus menekankan keserumpunan mereka dengan agama-agama yang lebih tua.16

Kehidupan dan jasa Rasulullah akan mempengaruhi pandangan spiritual, politik, dan etika umat Islam untuk selamanya. Mereka mengekspresikan pengalaman

"keselamatan" Islam yang tercapai dengan prestasi masyarakat dalam melaksanakan perintah Tuhan. Ini tidak hanya menyelamatkan umat Islam dari neraka politik dan sosial yang ada di Arab pra-Islam, tetapi juga memberi mereka konteks yang membuat mereka lebih mudah berserah diri sepenuh hati kepada Tuhan. Rasulullah menjadi contoh mendasar dari penyerahan diri yang sempurna kepada Tuhan, dan Muslim berusaha menyesuaikan kehidupan sosial dan spiritual mereka dengan standar tersebut.

Muhammad tidak pernah dimuliakan sebagai figur Tuhan, tetapi dianggap sebagai Manusia Sempurna dan sebagai utusan. Penyerahan dirinya kepada Tuhan sangat menyeluruh sehingga dia bisa mengubah masyarakat dan memungkinkan bangsa Arab hidup berdampingan dengan damai. Dalam etimologi, kata Islam berhubungan dengan salam (perdamaian), dan Islam memang menawarkan kesatuan dan kerukunan.

Rasulullah mencapai keberhasilan ini dengan menjadi penerima wahyu Tuhan. Lewat dirinya, Tuhan mengirim firman­firman yang membentuk al-Qur'an. Saat menghadapi krisis atau

dilema Rasulullah masuk ke dalam dirinya sendiri amat dalam dan mendengar jawaban dari Tuhan. Kehidupannya menyajikan dialog teratur antara keberadaan realitas dan kejadian-kejadian Yang diwarnai kekerasan, teka-teki, dan gangguan dari keduniaan.17

Keberhasilan Nabi Muhammad adalah sangat luar biasa. Tatkala wafat pada tahun 632, dia telah berhasil menyatukan hampir semua suku Arab menjadi sebuah komunitas baru, atau ummah. Dia telah mempersembahkan kepada orang-orang Arab sebuah spiritualitas yang lain dari tradisi mereka dan yang membukakan kunci bagi sumber kekuatan yang besar sehingga dalam waktu seratus tahun mereka telah mendirikan imperium sendiri yang luas membentang dari Himalaya hingga Pirenia, dan membangun sebuah peradaban baru, peradaban Islam.18

NOTES

13 . Robert Morey, Op. cit. ha140

14 . Karen Amstrong, Islam: A Short History Terj. Ira Puspito Rini, Ikon Teralitera, Yogyakarta, 2002, ha128-29

15 . Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, Op. cit., hal 211

16 . Q.S. A1 Ankabut 29:46

17. Karen Amstrong, Islam: A Short History Op. cit., ha130.

18 . Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, Op. cit., hal 188-190.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar